Kejadian ini terjadi pada saat saya masih duduk di bangku SMA. Waktu itu saya kelas 2 SMA,setiap muslimin wajib melaksanakan yang namanya shalat jum’at. Saya biasa melaksanakan shalat jum’at diluar mesjid sekolah tepatnya di mesjid pesantren modern Al-Ihsan nama mesjidnya Al-Muhajirin yang jaraknya tidak begitu jauh dengan sekolah.
Disuatu hari jum’at saya pergi ke mesjid Al-Muhajirin seperti biasa. Dan seperti biasa pula saya makan mie ayam sebelum shalat jum’at di sekitar halaman mesjid. Ketika sedang makan mie saya melihat seorang orang tua tidak bisa melihat (tuna netra) dituntun oleh seorang laki laki. Dalam hati saya berbisik “ hebat sekali orang tua itu meskipun tidak bisa melihat tapi dia tetap semangat untuk melaksanakan kewajibannya, untung ada anaknya yang mau menuntunnya bagaimana kalau tidak”
Setelah kenyang menyantap mie ayam saya langsung pergi untuk berwudhu. Sampai di tempat wudhu saya melihat lagi orang tuna netra yang tadi sedang berwudhu juga. Tidak lama setelah saya berwudhu saya melihat orang tua itu sedang mengulur-ngukurkan tangannya ke dinding. Semua orang di sekitarnya saling menatap satu sama lain berharap ada yang membantu orang tua tersebut. Karena yang telah berwudhu hanya saya pada saat itu, saya langsung menuntun orang tua itu menuju dalam mesjid. Saya menuntunnya dengan hati hati dan menuju tengah-tengah mesjid.
“nah, pak disini saja ya shalatnya !”
“dek, ini sudah yang paling depan ?”
“bukan pak ini di tengah-tengah”
“ada tempat kosong di depan ?”
“ada pak, tapi sedikit susah”
“de, bapak ingin di depan karena kalau kita paling depan kita bisa dapet kerbau sedangkan di belakang kita hanya dapet ayam !”
Ketika si orang tua tadi berkata seperti itu saya tersentak dan merenung. Si bapak ini meskipun beliau seseorang yang memiliki kekurangan, beliau tetap semangat dalam ibadah dan tidak menjadikan kekurangannya itu sebagai alasan untuk tidak beribadah atau bermales-malesan.
Setelah itu saya langsung mengantarkan ke shap yang lebih depan yang saya lihat ada satu tempat lagi meskipun sedikit sulit dan mengganggu jama’ah lain saya mengantarkannya.
“Pak, ini tempat yang lebih depan yang masih kosong”
“O… iya, terima kasih ya de..”
“ saya ke shap belakang ya pak”
Setelah melakukan shalat jum’at kita tidak berjumpa lagi. Waktu itu saya harus ke sekolah lagi karena ada kegiatan lain.
Setelah kejadian itu saya berpikir kenapa kalau yang buta bisa begitu semangat untuk beribadah kenapa kita yang sempurna tidak seperti itu. Pelajaran yang dapat saya ambil dari kejadian itu adalah kita harus semangat dalam keadaan apapun sekalipun kita dalam keadaan kekurangan dan jangan jadikan kekurangan itu sebagai alasan untuk menyerah.
Saya berdo’a untuk bapak tua itu semoga beliau kelak dapat melihat. Melihat keindahan syurga yang Alloh SWT ciptakan untuk orang –orang yang bersungguh-sungguh dalam beribadah kepadaNya.